Raja Toto Singapore : Pemda Butuh Bantuan Dana

ANCAMAN SEKUNDER Seorang pengendara sepeda motor melintas di atas dam Sungai Kuning, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, yang dipenuhi sampah dan material Gunung Merapi. Endapan lahar Merapi semakin mendekati zona aman yang ditetapkan PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM sejauh 20 km.

YOGYAKARTA(SINDO) – Pemerintah daerah (pemda) yang wilayahnya terkena amukan Gunung Merapi mulai kewalahan memenuhi
kebutuhan pendanaan untuk pengungsi. Padahal, dana yang dibutuhkan masih sangat besar, di antaranya untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari seperti logistik dan obatobatan untuk pengungsi.

Berdasar data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah warga yang mengungsi saat ini mencapai 343.909 orang.Mereka tersebar pada 578 titik pengungsian Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Untuk menangani pengungsi, Pemprov DIY hanya mempunyai anggaran yang diambilkan dari pos dana tak terduga Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2010 sebesar Rp4 miliar,Pemprov Jawa Tengah menganggarkan Rp25 miliar.Adapun Kabupaten Sleman yang hanya mempunyai dana Rp4,5 miliar dan Kabupaten Klaten Rp2 miliar.

Pemenuhan kebutuhan tanggap darurat di pengungsian hingga saat ini sudah hampir menghabiskan anggaran yang ada. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengakui membutuhkan dana untuk penanganan tanggap darurat Merapi yang dimasukkan dalam APBD 2010 berjalan. Dia menjanjikan dana tambahan ini akan lebih besar karena nantinya akan mencantumkan program rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. “(Besarnya tambahan dana tanggap darurat) nanti sesuai dengan kesepakatan antara DPRD dan eksekutif. Di provinsi sifatnya kita mem-back upPemkab Sleman, Bantul,dan daerah yang ada pengungsiannya,” ujarnya seusai menghadiri rapat paripurna di Gedung Dewan kemarin.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Djarot Nugroho mengungkapkan, alokasi dana tak terduga pemprov sebesar Rp25 miliar masih tersisa Rp7 miliar. Sebagian dana tersebut, katanya,antara lain telah disalurkan secara bertahap kepada tiga pemerintah daerah, yakni Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten, masing-masing sebesar Rp2 miliar. “Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo telah mengajukan permintaan dana kepada BNPB untuk memenuhi kebutuhan penanganan bencana Merapi hingga 30 hari ke depan,”jelasnya. Adapun pihak pemerintah pusat ternyata hingga kemarin belum menyalurkan dana tambahan penanganan bencana untuk daerah.

Menurut Kepala BNPB Syamsul Maarif, hingga saat ini belum ada satu pun pemda maupun pemprov yang mengajukan dana tambahan.“ Kansaya bilang berulangulang, jadi dana tersebut sekarang tersedia di tempat kami. Kalau mau diambil semua,sekarang saya kasihkan,”ujar Syamsul Maarif seusai menerima kunjungan Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Seri Ahmad Zahid Bin Hamidi di Posko BNPB Gedung Pusat Informasi dan Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIP2B) kemarin. Mantan Gubernur Akademi Militer itu juga mengaku pihaknya berpegangan pada keterangan pemerintah daerah yang akan menginformasikan kemampuan jajarannya membiayai pengungsian dalam rentang waktu 10 hari untuk Pemprov DIY dan 12 hari untuk Pemprov Jawa Tengah terhitung sejak tanggal 10 November.

“Begitu ada permintaan dari pemda akan langsung kami penuhi,” ujarnya. Untuk diketahui, BNPB hingga tanggal 8 November lalu sudah menyalurkan dana Rp8,350 miliar. Dana tersebut disalurkan kepada Pemkab Klaten, Magelang, Sleman, dan Boyolali masing-masing Rp500 juta, untuk Polda DIY dan Polda Jateng masing-masing Rp400 juta, Kodam Diponegoro Rp1 miliar, BPBD Jawa Tengah Rp500 Juta, dan logistik serta keperluan lain sebesar Rp2,5 miliar. Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Soetrisno menegaskan bahwa pemerintah akan menanggung berapapun kebutuhan dana untuk tanggap darurat.

Jaminan ini disampaikan di sela rapat bersama Komisi VIII DPR yang dipimpin Abdul Kadir Karding di Rumah Dinas Bupati Magelang, Jawa Tengah, di Magelang, kemarin. Dia mengungkapkan, BNPB sudah menerima dana dari pemerintah pusat sebesar Rp150 miliar. Dana tanggap darurat ini di antaranya dimanfaatkan untuk logistik pengungsi, kesehatan, laukpauk, selimut, pembersihan sampah, dan infrastruktur pendukung lainnya. Menurutnya, dana terebut juga bisa dimanfaatkan untuk pengerukan material Merapi yang memenuhi sungai-sungai di kawasan Merapi. “Kebutuhan pokok pengungsi harus bisa dicukupi, kalau dana kurang, bisa mengajukan lagi,” tandasnya.

Untuk kebutuhan pengungsi, BNPB menjamin kebutuhannya bisa terjamin hingga 18 hari mendatang. Menurut Soetrisno,dana tanggap darurat bukan termasuk dana untuk program perbaikan berbagai kerusakan akibat bencana Merapi. “Dana recovery akan ada lagi.Sekarang mulai diinventarisasi kerusakan akibat bencana ini,”katanya. Sementara dari pantauan Seputar Indonesia (SINDO), distribusi kebutuhan pengungsi letusan Merapi masih berjalan lancar.Kebutuhan pokok pengungsi seperti makanan dan pakaian sejauh ini tidak ada kendala. Justru kebutuhan sehari- hari pengungsi seperti perlengkapan mandi dan pakaian dalam wanita sangat minim.

“Warga (pengungsi) saat ini justru memerlukan perlengkapan mandi dan pakaian dalam wanita,”ungkap Koordinator Lapangan Posko Pengungsi Maguwoharjo,Budiharjo. Kebutuhan pengungsi di Pendapa Pemkab Klaten juga masih tertangani dengan baik,termasuk kebutuhan makanan untuk ibu hamil dan anak bayi. Untuk diketahui, dari 113.228 pengungsi yang tercatat,di antaranya terdapat 124 ibu hamil dan 2.301bayi berusia dibawah duatahun.

4 Hari Lagi Kondusif

Kondisi Merapi diprediksi akan aman dalam 1–4 hari ke depan terhitung sejak Kamis kemarin.Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan, analisis dan prediksi Merapi tersebut diterimanya dari Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif dan Kepala Pusat Vulkanologi danMitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono.

Presiden SBY Rabu (10/11) malam menggelar rapat terbatas yang membahas perkembangan Merapi terkini bersama para Wapres Boediono dan para menteri terkait. Selamarapatyangberlangsungselama hampirtigajamitu,Presidensempat menghubungi Syamsul Maarif dan Surono untuk mengetahui kondisi Merapi dan penanganan bencana di DIY dan Jawa Tengah. “Dalam pertemuan melalui video conference itu, saya mendapatkan laporan yang intisarinya adalah situasi Gunung Merapi diperkirakan dalam waktu dekat 1-4 hari ini tidak akan memiliki perubahan yang dramatis,”ujar Presiden SBY saat memberikan keterangan pers di Kantor Kepresidenan.

Walaupun kondisi Merapi sudah membaik, warga juga harus mewaspadai ancaman lain, yakni ancaman banjir lahar. Pasalnya, endapan lahar Merapi semakin mendekati zona aman yang ditetapkan PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM sejauh 20 km. Saat ini, endapan lahar di Kali Boyong sudah sejauh 16 km dari puncak Merapi.Adapun di Kali Bebeng endapan lahar sepanjang 10 km. Namun,ancaman primer Merapi berupa awan panas atau wedhus gembel juga tetap perlu diwaspadai meski intensitas Gunung Merapi berangsur menurun.

“Secara umum, aktivitas Merapi terus menurun, tapi tetap pada level IV atau awas,”ungkap Kepala PVMBG Badan Geologi Surono. Dijelaskan, endapan lahar teramati di semua sungai yang berhulu di Merapi dari arah tenggara, selatan, barat laut,barat dan barat daya. “Endapan lahar terlihat di 11 sungai yang berhulu di Merapi, yakni Kali Woro,Kuning,Boyong,Bedog,Krasak, Bebeng,Sat,Lamat,Senowo,Trising dan Apu,”katanya kemarin. Endapan lahar paling jauh terjadi di Kali Boyong yang mencapai 16 km yang pada hari sebelumnya hanya 10 km.Artinya, endapan lahar semakin mendekati zona aman atau kawasan rawan bencana (KRB) III di alur sungai sejauh 20 Km dari puncak Merapi.

Kondisi lahar tersebut menjadi ancaman sekunder Merapi,khususnya bagi warga yang tinggal di sekitar 300 meter dari kanan dan kiri bantaran sungai yang berhulu di Merapi. Untuk mengantisipasi ancaman tersebut,Pemkot Yogyakarta memasang posko informasi terkait endapan lahar di Kali Boyong sebelum memasuki Kali Code.“Kali Code merupakan anak dari Kali Boyong.Volume endapan lahar di Kali Boyong seperti apa bisa diketahui di posko informasi. Karenanya jika endapan di Kali Boyong sudah menumpuk,maka warga bisa mengantisipasi terhadap kenaikan air sungai,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti.

Sementara itu,berdasarkan perbandingan kegempaan yang tercatat dalam seismograf di Kantor BPPTK Yogyakarta mengalami penurunan. Selama 24 jam pada 9 November tercatat gempa vulkanik sebanyak 7 kali, low frequency (4 kali),guguran (35 kali),awan panas (2 kali),tektonik (2 kali), termor beruntun dan tidak terjadi gempa multifase. Pada 10 November tercatat gempa vulkanik 5 kali, guguran (9 kali), awan panas (1 kali), termor beruntun, serta tidak terjadi multifase, low frequency dan tektonik. Menurut Surono, Merapi sedang terjadi pertumbuhan kubah lava yang tinggi.

Menurut dia, volume kubah lava baru tersebut saat ini mencapai 1,6 juta meter kubik. Adapun kecepatan pertumbuhan kubah lava tersebut sekitar 48 meter kubik per detik. Dia berharap, kubah lava baru tersebut menjadi sumbat yang kuat. (m nlatief/isfari hikma/ridwan anshori/rarasati syarief)